
Jokowi Curiga Ada Agenda Besar Politik, Aria Bima Singgung Narasi Tak Jelas
kanglintang.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan kecurigaannya bahwa ada “agenda besar politik” di balik isu ijazah palsu dan pemakzulan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka. Politikus PDIP Aria Bima kemudian mengingatkan agar Jokowi menyampaikan narasi yang jelas dan menginspirasi, bukan yang membingungkan publik. Berikut pembahasannya secara menyeluruh.
Kecurigaan Jokowi Tentang “Agenda Besar Politik”
-
Pernyataan di Solo
Pada 14 Juli 2025, Jokowi menyampaikan bahwa ia merasa ada upaya politik tertata di balik polemik yang muncul. Ia menilai isu ijazah palsu dan wacana pemakzulan terhadap Gibran bukan sekadar gosip biasa, melainkan bagian dari konstruksi politik yang lebih luas. -
Menurunnya Reputasi yang Dicurigai
Jokowi menyebut bahwa tujuan dari agenda tersebut adalah menurunkan reputasi politiknya, bahkan setelah masa jabatannya selesai. Ia menyiratkan adanya target politik yang jahat untuk melemahkannya secara sistematis. -
Sikap Santai tapi Siaga
Meskipun menyebut adanya upaya yang disusun rapih, Jokowi menegaskan bahwa ia bersikap biasa‑biasa saja—tidak terguncang, tetap waspada, dan siap menghadapi skenario politik apapun yang muncul.
Respons Aria Bima yang Singkat tapi Tegas
-
Narasi Harus Jelas dan Strategis
Aria Bima menyoroti bahwa Jokowi sebaiknya menggunakan narasi yang terang, mencerahkan publik, dan fokus pada isu strategis—bukan isu kecil yang bikin gaduh. -
Publik Bisa Tersesat oleh Skenario
Ia mengingatkan bahwa politik sering melibatkan skenario yang kompleks. Jika narasi Presiden tidak dijelaskan sepenuhnya, publik bisa dibawa ke arah yang “tidak jelas dan membingungkan,” memberi ruang pada opini keliru. -
Harapan Untuk Pencerahan
Aria menekankan agar Presiden menyampaikan pemikiran besar, bukan hal-hal “kecil” seperti isu ijazah palsu. Narasi semestinya mampu memfokuskan perhatian bangsa pada arah positif dan pemahaman yang lebih dalam tentang tantangan negeri.
Apa yang Dimaksud “Agenda Besar Politik”?
-
Polemik Ijazah & Pemakzulan sebagai Takhtikal Politik
Isu ijazah palsu dan rencana pemakzulan dianggap bukan sekadar kasus individu, melainkan bagian dari proses politis menggunakan taktik reputasi untuk menggoyahkan figur penting. -
Langkah Bawa Reputasi ke Level Nasional
Menurut Jokowi, upaya ini diarahkan untuk melemahkan kredibilitasnya serta keluarga. Skema politik ini sering kali ditengarai untuk mempersiapkan langkah politik selanjutnya—seperti pemilihan umum atau kontestasi kekuasaan. -
Manuver Politik yang Banyak Motif
Aria menegaskan bahwa politik memang penuh skenario dari berbagai pihak—PDIP, Golkar, bahkan aktor tertentu. Namun fokus seharusnya pada narasi yang menuju solusi, bukan saling melempar isu menjurus oportunistik.
Potensi Dampak Hadapi Agenda Politik
-
Fokus Publik Alihkan Isu Pokok
Bila narasi terjebak pada isu seperti ijazah palsu, publik bisa kehilangan jejak terhadap isu penting nasional seperti ekonomi, hukum, dan kesejahteraan. -
Risiko Polarisasi Politik
Kecurigaan seperti ini bisa memperkuat polarisasi: para pendukung Jokowi makin solid, sementara pihak oposisi makin agresif menggunakan narasi serupa. -
Transparansi Diuji
Publik menuntut agar Jokowi menyajikan data dan fakta konkret—jika memang benar ada skenario sistematik, harapan muncul agar presiden sanggup menyodorkan bukti yang meyakinkan.
Sinergi Narasi dan Fakta Dibutuhkan
Isi pertemuan ini mengajak presiden dan politikus untuk bersikap strategis dan bijak:
-
Jokowi menyampaikan kekhawatiran soal agenda politik yang sistematis.
-
Aria Bima mengingatkan pentingnya narasi jelas, agar publik tidak bingung.
Ke depan, agar isu seperti ini bisa menjadi jalan dialog yang sehat—bukan sekadar alat politik.