October 15, 2025
Modest fashion

Perkembangan Modest Fashion di Indonesia

Dalam satu dekade terakhir, Indonesia mengalami lonjakan besar dalam industri fashion, khususnya pada segmen modest fashion atau busana santun yang sesuai nilai-nilai religius namun tetap stylish. Tahun 2025 menjadi tonggak penting ketika modest fashion Indonesia 2025 berhasil mencuri perhatian dunia, menjadi salah satu penggerak utama industri fashion nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat modest fashion global. Fenomena ini bukan hanya soal tren busana, tapi juga cerminan perubahan sosial, budaya, dan ekonomi di masyarakat.

Modest fashion di Indonesia pada dasarnya berakar dari kebutuhan perempuan muslim untuk berpakaian sesuai syariat namun tetap modis. Dulu, pilihan busana muslim terbatas pada gamis longgar atau abaya polos. Namun kini, busana modest tampil dengan beragam gaya: mulai dari tunik modern, outerwear, dress layering, hingga setelan kasual yang memadukan unsur tradisional dan kontemporer. Desainnya semakin dinamis, warna lebih berani, dan siluetnya mengikuti tren global tanpa melanggar prinsip kesopanan.

Perkembangan ini dipacu oleh beberapa faktor. Pertama, meningkatnya jumlah konsumen muslim kelas menengah yang punya daya beli tinggi dan kesadaran fashion kuat. Kedua, dukungan pemerintah yang menargetkan Indonesia menjadi pusat modest fashion dunia sejak 2020-an melalui program Indonesia Sharia Economic Masterplan. Ketiga, kekuatan media sosial yang membuat tren modest fashion menyebar cepat ke seluruh Indonesia dan luar negeri. Semua faktor ini membuat pasar modest fashion tumbuh sangat cepat, baik dari sisi jumlah brand maupun penjualan.

Data Kementerian Perindustrian mencatat, industri modest fashion menyumbang lebih dari 20% dari total pendapatan industri fashion Indonesia pada 2025, meningkat pesat dibanding 11% pada 2020. Lebih dari 1.200 brand modest fashion lokal kini aktif, mulai dari label besar dengan butik di mal premium hingga UMKM rumahan yang memasarkan produk lewat marketplace. Pasar internasional pun terbuka lebar, dengan ekspor ke Malaysia, Brunei, Timur Tengah, dan Eropa meningkat signifikan.


Ciri Khas dan Inovasi Desain Modest Fashion

Salah satu hal yang membuat modest fashion Indonesia 2025 menarik perhatian dunia adalah kemampuannya berinovasi dalam desain. Brand-brand lokal tidak hanya meniru gaya Timur Tengah yang serba hitam atau polos, tetapi menggabungkan unsur budaya Indonesia ke dalam desain mereka. Banyak koleksi modest yang menggunakan kain tradisional seperti tenun, songket, dan batik, tapi dipotong dengan siluet modern yang ringan dan praktis. Ini menciptakan estetika unik yang tidak ditemukan di negara lain.

Selain itu, desain modest fashion Indonesia sangat adaptif dengan tren global. Saat tren oversized melanda dunia, brand lokal menghadirkan outerwear longgar yang tetap elegan. Saat tren warna pastel dan earth tone naik daun, modest fashion Indonesia menghadirkannya dalam bentuk setelan tunik dan celana kulot yang flowy. Banyak brand juga merancang busana multifungsi yang bisa dipakai untuk acara formal maupun kasual, sehingga cocok untuk gaya hidup perempuan modern yang aktif.

Inovasi juga terjadi pada aspek teknis. Banyak brand menggunakan bahan breathable, anti-kerut, dan ringan yang nyaman untuk iklim tropis. Teknologi kain antimikroba, anti-UV, dan quick-dry juga mulai banyak digunakan, menjadikan busana modest tidak hanya stylish tapi juga fungsional. Desainnya memadukan layering tanpa membuat panas, dengan pola potongan yang memungkinkan mobilitas tinggi.

Yang menarik, banyak desainer muda memadukan modest fashion dengan streetwear, menciptakan gaya kontemporer yang disukai Gen Z. Hoodie, bomber jacket, dan sneakers dikombinasikan dengan hijab, dress longgar, dan rok plisket, menghasilkan gaya modest yang edgy namun tetap sopan. Pendekatan ini membuat modest fashion tidak lagi dipandang konservatif, tapi trendi dan dinamis.


Modest Fashion sebagai Identitas Budaya dan Religius

Bagi banyak perempuan muda, modest fashion Indonesia 2025 bukan sekadar pilihan busana, tapi juga cara mengekspresikan identitas diri. Mereka ingin tampil fashionable tanpa harus meninggalkan nilai-nilai religius yang mereka yakini. Busana menjadi medium untuk menyeimbangkan antara tuntutan modernitas dan komitmen spiritual. Ini membuat modest fashion menjadi fenomena budaya, bukan sekadar produk komersial.

Banyak desainer mengusung narasi spiritual dalam koleksi mereka. Misalnya, ada yang menggunakan kaligrafi Arab sebagai motif artistik, atau memilih warna-warna yang melambangkan ketenangan dan kesederhanaan. Ada juga brand yang menampilkan pesan moral dan sosial dalam kampanye mereka, seperti tentang pentingnya akhlak, solidaritas, atau pemberdayaan perempuan. Ini membuat modest fashion memiliki dimensi nilai yang memperkaya makna pakaiannya.

Modest fashion juga memperkuat rasa percaya diri perempuan berhijab. Dulu, banyak perempuan muda merasa kesulitan tampil stylish setelah berhijab, tapi kini justru menjadikannya sebagai bagian dari gaya. Mereka memadukan hijab dengan blazer, rok plisket, celana high waist, hingga boots, menciptakan tampilan profesional yang elegan. Banyak influencer hijabers yang sukses di media sosial menjadi panutan, menunjukkan bahwa berhijab tidak menghalangi kesuksesan karier atau penampilan modern.

Di sisi lain, modest fashion menjadi cara memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia. Brand lokal yang tampil di ajang fashion internasional sering menonjolkan kain tradisional dan filosofi lokal dalam koleksinya. Hal ini memperlihatkan bahwa busana muslim tidak identik dengan Arab, tapi bisa berakar dari budaya Nusantara. Strategi ini efektif membangun citra Indonesia sebagai negara muslim yang modern, kreatif, dan terbuka.


Ekonomi Kreatif dan Ekosistem Modest Fashion

Pertumbuhan modest fashion Indonesia 2025 tidak hanya berdampak kultural, tapi juga ekonomi. Ribuan lapangan kerja tercipta di sektor desain, produksi, pemasaran, hingga logistik. Banyak UMKM busana muslim tumbuh pesat dan naik kelas menjadi brand menengah. Beberapa brand bahkan berhasil ekspansi ke mancanegara, membuka butik di Malaysia, Dubai, hingga London. Ini membuktikan bahwa modest fashion bukan hanya tren, tapi industri bernilai ekonomi tinggi.

Pemerintah mendukung pertumbuhan ini melalui berbagai program. Kementerian Perdagangan rutin mengirim desainer modest ke pameran fashion internasional, sementara Bekraf (kini BRIN sektor ekonomi kreatif) memberi pelatihan branding, e-commerce, dan manajemen bisnis bagi UMKM modest. Bank syariah menyediakan skema pembiayaan mikro untuk perajin kain tradisional agar bisa memasok bahan ke industri modest fashion.

Selain itu, muncul banyak platform e-commerce khusus modest fashion. Marketplace seperti Hijup, Zoya, dan Buttonscarves membangun ekosistem yang menghubungkan desainer, produsen, reseller, dan konsumen. Media sosial menjadi kanal pemasaran utama. Influencer hijabers memainkan peran penting membangun awareness dan menciptakan tren baru. Kolaborasi antara brand dan influencer menjadi strategi pemasaran yang sangat efektif, dengan peluncuran koleksi kapsul terbatas yang sering ludes dalam hitungan jam.

Dari sisi konsumen, pasar modest fashion juga semakin beragam. Dulu, konsumennya didominasi perempuan dewasa, kini banyak remaja dan mahasiswa yang mulai berhijab sejak dini dan mencari busana stylish. Ini memicu munculnya sub-segmen seperti modest streetwear, modest office wear, dan modest activewear (busana olahraga muslimah). Diversifikasi ini memperluas pangsa pasar sekaligus menambah dinamika kreativitas industri.


Tantangan dan Harapan Masa Depan

Meski sangat menjanjikan, industri modest fashion Indonesia 2025 juga menghadapi tantangan besar. Salah satunya adalah persaingan ketat. Jumlah brand yang terus bermunculan membuat pasar sangat kompetitif. Banyak brand baru kesulitan bertahan karena tidak punya diferensiasi kuat. Mereka harus bersaing bukan hanya dalam desain, tapi juga kualitas bahan, pelayanan, dan branding. Brand yang gagal berinovasi mudah ditinggalkan konsumen yang selalu mencari hal baru.

Tantangan lain adalah keberlanjutan (sustainability). Banyak konsumen muda mulai peduli dampak lingkungan industri fashion, sementara sebagian besar brand modest masih menggunakan produksi massal berbasis fast fashion yang boros air dan menghasilkan limbah besar. Jika tidak segera beralih ke praktik ramah lingkungan, industri modest fashion bisa mendapat tekanan reputasi. Beberapa brand mulai beralih ke kain organik, daur ulang limbah tekstil, dan sistem pre-order untuk mengurangi stok berlebih, namun jumlahnya masih sedikit.

Selain itu, ada tantangan hak kekayaan intelektual (HKI). Desain modest yang sederhana sering ditiru massal tanpa izin. Banyak desainer mengeluhkan desain mereka dijiplak pabrik besar atau produk impor murah. Lemahnya penegakan hukum HKI membuat kreativitas lokal rentan dicuri. Pemerintah perlu mempercepat proses pendaftaran merek dagang dan menindak tegas pelanggaran HKI untuk melindungi inovasi desainer muda.

Dari sisi sumber daya manusia, masih banyak pelaku UMKM yang belum memiliki keterampilan manajemen dan pemasaran modern. Mereka kuat di desain, tapi lemah dalam skala produksi dan distribusi. Tanpa manajemen profesional, sulit bagi mereka naik kelas. Pelatihan intensif tentang manajemen rantai pasok, digital marketing, dan ekspor sangat dibutuhkan agar industri modest fashion bisa bersaing global secara berkelanjutan.

Meski begitu, prospek masa depan industri ini sangat cerah. Dengan populasi muslim terbesar di dunia, pertumbuhan kelas menengah, dan kreativitas desainer muda, Indonesia punya semua modal untuk menjadi pusat modest fashion global. Jika tantangan diatasi, bukan mustahil brand modest Indonesia akan menjadi pemain utama dunia, setara dengan brand dari Turki, Uni Emirat Arab, atau Inggris.


Kesimpulan

Modest fashion Indonesia 2025 membuktikan bahwa nilai religius dan gaya modern bisa berjalan berdampingan. Industri ini tumbuh pesat, melahirkan ribuan brand kreatif, membuka lapangan kerja, memperkuat identitas budaya, dan membawa nama Indonesia ke panggung fashion dunia. Ia menjadi simbol keberhasilan menggabungkan spiritualitas, kreativitas, dan ekonomi dalam satu paket.

Tantangan memang masih besar, mulai dari persaingan ketat, isu keberlanjutan, perlindungan desain, hingga penguatan SDM. Namun, dengan strategi tepat, dukungan ekosistem, dan keberanian inovasi, modest fashion bisa menjadi motor utama industri fashion nasional di masa depan. Ia bukan sekadar tren sementara, tapi wajah baru Indonesia yang percaya diri, modern, dan tetap setia pada nilai-nilai budaya dan religiusnya.


Referensi